Tittle : Please don't go eomma
Author : Lee Shita
M.C : Park Chanyeol
Byun Baekhyun
O.C : Oh Sehun
Xi Luhan
Rating : T
Genre : Yaoi,romance
Disclaimer : ff ini 100 % buatan author, kalo ada kesamaan itu benar-benar ketidaksengajaan. Don't bash, don't be silent readers,and don't be plagiator. Gomawo
:::happy reading:::
::::::::::::----:::::::::::
Please don’t go eomma
####
Nampak
seseorang tengah asyik berkutat di dapurnya, ia sibuk mengupas, memotong, dan
meracik makanan yang nantinya akan tersaji di meja makan yang kini masih nampak
kosong. Wajah cantiknya tak henti-hentinya tersenyum saat satu per satu
masakannya sesuai dengan lidahnya. Sampai akhirnya matanya sedikit membulat,
saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya, ia menoleh dan raut wajahnya
berubah kembali menjadi tersenyum.
“Sehuni? Kau sudah pulang? Bukankah ini masih__”
“Eomma~” terdengar suara parau dan manja dari namja kecil
itu, yang kini hanya menyembunyikan wajahnya di pinggang sang eomma, membuat
sang eomma menjadi khawatir.
“Eih? Wae? Sehuni? Sehuni?”
“Eomma~” suara itu kembali terdengar, bahkan lebih parau.
“Waeyo chagy? Apa lagi-lagi__”
“Hikss...hikss..Hikss.. eomma~” namja kecil dengan kulit
putih itu hanya dapat menangis, namun dengan suara yang ditahan. Sang eomma
membalikan tubuhnya dan sedikit berjongkok agar sejajar dengan anaknya.
“Waeyo chagy? Apa mereka lagi-lagi mengejekmu?” tanyanya
lembut.
“Ne.. hikss.. hikss..” sehun hanya dapat mengusap-ngusap
matanya tanpa berani memandang eommanya.
“Sini, biar eomma peluk!” ucap sang eomma sambil memeluk
erat tubuh anaknya yang masih dengan nafas tersengal-sengal.
“Mianhe, ne? Ini karena eomma,mianhe.”
“Ani..ani. i..ni bukan.. hiks.. salah eomma.” Ucapnya
susah payah.
“Sehuni, kau harus kuat ne? Jangan dengarkan omongan
mereka, Sehuni cinta eomma kan? sehuni cinta appa kan?”
“Ne.. Sehun.. cinta eomma, neomu..neomu .. sarang eomma,
dan appa.” Ucap namja kecil itu sambil membentangkan tangannya. Sang eomma
berusaha tersenyum demi anaknya, dan mencium kedua pipi anaknya.
“ Hhmm.. karena kau sudah pulang, bagaimana kalau kita
makan ne?”
“Ne eomma.” Kini senyum bersinar nampak di wajah Sehun.
Baekhyun’s POV
Hatiku
sakit dan miris, melihatnya selalu dalam keadaan menangis saat pulang sekolah,
bahkan ia pernah ingin berhenti sekolah. Karenaku, anak kecil tak berdosa
sepertinya harus menanggung beban yang berat, lebih baik dulu aku tak memiliki
anak, daripada anakku harus hidup dengan menanggung rasa malu yang besar. Hati
ini benar-benar sakit, tapi bagaimana pun aku harus tetap tersenyum di
depannya, aku tak boleh memperlihatkan kesedihanku.
“Eomma~ kenapa eomma tak makan?” tanyanya sambil
menatapku.
“Hehehehe.. eomma sudah makan tadi.” Bohongku,mana
mungkin disaat seperti ini aku bisa makan dengan tenang.
“Ah, eomma curang.” Ucapnya sambil mengerucutkan
bibirnya, aku tersenyum sifatnya mirip sekali denganku.
“Hehehe.. mianhe ne? Tadi eomma lapar sekali.” Ucapku
meniru gaya aegyo yang biasa ia tujukan pada kami.
“Ne..ne.. arraseo.” Dia tersenyum sambil kembali
menyantap makan siangnya.
Baekhyun’s POV end
Author POV
Baekhyun
mengintip ke arah Sehun yang kini tengah menutup matanya, tangannya sudah lelah
menepuk-nepuk pantat anaknya ini. Usia Sehun sudah menginjak 9 tahun, tapi dia
sangat manja. Baekhyun sama sekali tak keberatan karena ia memang mencintai
anak semata wayangnya ini, sangat mencintainya. Baekhyun bangkit secara
perlahan, tak ingin membuat Sehun yang baru saja tertidur setelah dua jam ia
menepuk-nepuk pantatnya.
Nyit..
Rasanya Baekhyun ingin sekali membunuh dirinya, kenapa
bisa-bisanya ia membuat suara padahal hanya mengangkat tubuhnya dari ranjang.
“Eomma~” huuh..
Baekhyun menghela nafas, lalu kembali merangkul anaknya.
“Eomma mau kemana? Eomma mau pergi eoh?”
“A-ani.. eomma hanya memperbaiki posisi tidur eomma,
tidur lagi eoh?”
“Hhm.” Sehun kembali menutup matanya, namun kini ia
membalik posisinya ke arah Baekhyun, dan memeluk erat tubuh Baekhyun. Tak ada
jalan lain selain ikut terbawa ke dalam dunia mimpi bersama anaknya.
1 jam kemudian
“Chagy? Chagy? Irreona.” Bisik seorang namja di telinga
Baekhyun.
“eugghh..” membuat Baekhyun mengerang dalam tidurnya, dan
sedikit terkejut saat melihat sang suami berada disampingnya.
“Sstt.. pelankan suaramu!” ucap Baekhyun, lalu perlahan
ia mengangkat tangan Sehun yang masih melingkar di pingangnya.
“Kapan kau pulang?” tanya Baekhyun dengan suara yang
kembali normal karena posisi mereka saat ini sudah berada di dapur, dan
Baekhyun membuatkan suaminya minum.
“baru saja. Tadi aku berencana untuk menjemput Sehuni,
tapi kata pihak sekolah ia pulang lebih awal, katanya ia sakit. Dia sakit appa
chagy?” tanya Chanyeol yang kini bersandar di pintu kulkas dan memperhatikan
istrinya.
“huuh.. dia sangat pandai berbohong sepertimu Yeolli. Dia
tak sakit, tapi dia__” Baekhyun tak melanjutkan kata-katanya, hatinya perih
setiap mengingat itu.
“Apa dia diejek lagi?” tanya Chanyeol dengan mata
mendelik, dan tanpa menoleh Baekhyun hanya menganggukkan kepalanya.
“Ck! Selalu begini. Apa sebaiknya kita pindahkan saja dia
ke sekolah lain?”
“Ani.. kasihan dia! Dia baru duduk di kelas 4 SD tapi
sudah pindah sekolah lebih dari 6 kali, dia pasti sulit untuk beradaptasi.”
Ucap Baekhyun.
“Ne, kau benar chagy. Tapi kita harus bagaimana? Kasihan
dia setiap hari selalu menghindari sekolahnya.” Ucap Chanyeol sambil menghela
nafasnya.
“Ini semua salahku Yeolli, seandainya aku tak ingin anak,
maka dia tak akan mengalami hal ini, aku hiks..” Baekhyun tak mampu melanjutkan
kata-katanya lidahnya kelu. Sadar akan hal itu, Chanyeol segera memeluk
istrinya dari belakang.
“Sudah! Jangan bicara seperti itu! Jika Sehun
mendengarnya, ia kira kau tak menginginkannya. Yang terpenting kita bahagia ne?
Tak peduli ucapan orang-orang sekitar. Baekhyun mencintai Chanyeol, dan
Baekyeol mencintai Sehun, selamanya, selamanya akan seperti itu.” Ucap Chanyeol
sambil memeluk erat istrinya.
“Kau jangan memikirkan hal itu lagi ne? Hhmm.. sebaiknya
aku kembali ke kantor, jika tidak asistenku pasti kewalahan menangani
tugas-tugasku.” Ucap Chanyeol lalu mengecup bibir Baekhyun kilat.
“Eh! Ini minumnya.” Ucap Baekhyun, Chanyeol tersenyum,
lalu meraih gelas dan meminumnya dengan cepat.
“Yaak! yeolli, pelan-pelan!”
“Hehehehe.. rasanya manis, sama sepertimu. Gomawo.”
Ucapnya lalu pergi, Baekhyun hanya tersenyum melihat kepergian sang suami, ia
terus memandang melalui jendela sampai mobil Chanyeol menghilang.
“Eomma~”
“Eih? Sehuni, kenapa kau bangun?”
“Hooammhh.. apa tadi itu appa, eomma?”
“Hah? ne, dia tadi menjemputmu ke sekolah, tapi ternyata
kau sudah pulang.”
“Heheheehe.. ne. Eomma temani aku tidur lagi ne?”
“Aigoo! Kau kan sudah besar, tidur sendiri ne?”
“Aigoo! Kau kan sudah besar, tidur sendiri ne?”
“Ani, nan shireo, aku mau ditemani eomma.”
“Ckckk! Oh iya eomma mau bertanya, darimana kau belajar berbohong pada gurumu Sehuni?” ucap Baekhyun, seketika raut wajah mengantuk Sehun berubah menjadi –astaga mati aku- lalu ia segera membalik tubuhnya.
“Ckckk! Oh iya eomma mau bertanya, darimana kau belajar berbohong pada gurumu Sehuni?” ucap Baekhyun, seketika raut wajah mengantuk Sehun berubah menjadi –astaga mati aku- lalu ia segera membalik tubuhnya.
“Hoammhh.. ah, eomma aku mengantuk sekali, aku tidur dulu
eomma, i love you.”
“Eih? Dasar! Apa tak mau eomma temani?” goda Baekhyun.
“Ani, aku sudah besar, aku bisa tidur sendiri.”
“Ck! Dasar, Sehuni~ Sehuni~” ucap Baekhyun sambil
tersenyum. Ia tahu anaknya sengaja menghindar, dan Baekhyun juga tak ingin
memaksanya.
*****
Kini
mereka bertiga duduk di meja makan, Sehun nampak makan dengan lahapnya membuat
Baekhyun dan Chanyeol saling tatap.
“hhmm.. Sehuni, makanmu sangat lahap, apa kau sangat
lapar?” tanya Chanyeol.
“Ne, appa. Sehuni sangat lapar.”
“Bagaimana harimu disekolah sayang?” ucap Chanyeol,
Baekhyun menyiku suaminya karena pertanyaannya barusan sukses membuat Sehun
merubah raut wajahnya.
“Hmm.. seperti biasa appa, menjengkelkan. Mereka selalu
saja mengejekku, padahal aku tak pernah mencari masalah dengan mereka, aku
selalu bersikap baik pada mereka, bahkan aku sering tersenyum walaupun mereka
terus mengejekku.” Ucapnya.
“Tapi appa dan eomma tenang saja, aku ini anak yang
kuat.” Ucap Sehun lagi, dan kembali ucapannnya sukses membuat Baekhyun dan
Chanyeol kehilangan selera makan, terutama Baekhyun.
“Hehehehe.. kau memang anak yang pandai Sehuni. Appa
bangga padamu, oh iya bagaimana kalau lusa kita jalan-jalan, sudah lama kita
tak jalan-jalan kan?” ucap Chanyeol sambil mengelus pucuk kepala anaknya.
“Jinjayo? Huwaaa.. asyik. Aku mau appa, kita akan
kemana?”
“Terserah padamu, appa akan menurutinya.”
“Yeei! Kalau begitu aku akan memikirkan tempat yang
paling asyik.” Ucap Sehun lagi. Chanyeol mengelus punggung tangan Baekhyun saat
menyadari sedari tadi Baekhyun hanya terdiam, sepertinya masih bergulat dengan
pikirannya.
“Bagaimana chagy? Apa kau keberatan?”
“Hah? a-apa?.. a-aku tak mendengar percakapan kalian.”
Ucap Baekhyun gugup.
“Aigoo! Eomma ~ eomma~ apa sih yang eomma pikirkan?
Ckckckck! Aku dan appa berencana akan jalan-jalan besok lusa, bagaimana menurut
eomma?” tanya Sehun.
“Apa kau senang?” tanya Baekhyun.
“Eih? Apa masud eomma? Tentu saja aku senang.”
“Nah, jika kau senang maka eomma akan senang.”
“Hehehehe.. ne..ne.. arraseo.”
“Nah, ayo habiskan makananmu, lalu siapkan buku pelajaran
untuk besok.”
“Heemm.. ne.” Sahut Sehun.
....
....
Baekhyun
nampak masih terjaga, padahal jam sudah menunjukan 03.00 WKS, namun matanya tak
mau tertutup.
“Chagy? Kau belum tidur?” tanya Chanyeol membuyarkan
lamunan Baekhyun.
“Hah? ne.”
“Wae? Apa ada yang kau fikirkan?” tanya Chanyeol.
“...”
“Chagy?” Chanyeol menyalakan lampu tidur di atas meja nakas. Lalu menyandarkan dirinya di kepala kasur.
“Huh, Yeolli, tak terasa 10 tahun telah berlalu ne?” ucap
Baekhyun.
“Ne, tapi apa maksudmu bicara seperti itu?”
“Apa kau tak merasa Yeolli, kalau Sehuni kita akan
beranjak dewasa seiring berjalanya waktu.”
“Ne, tentu saja. Wae? Apa itu yang menjadi masalahmu?”
tanya Chanyeol.
“huh.. Yeolli, semakin dia dewasa, dia akan semakin ingin
tahu. Kita tak bisa bersandiwara lagi Yeolli. Aku takut ia akan sangat marah,
jika mengetahui yang sebenarnya, jika kedua orang tuanya adalah namja.”
“Baekki!” pekik Chanyeol.
“Baekki!” pekik Chanyeol.
“Yeolli~ aku hiks.” Baekhyun mulai meneteskan air
matanya, Chanyeol segera memeluk erat istrinya.
“Baekki, kau tahu kan aku mencintaimu, sejak kita
menjalin hubungan ini aku sudah berjanji apapun yang terjadi aku akan tetap
mencintaimu.”
“Arraseo Yeolli, arraseo. Tapi cintamu saja tak cukup,
kenyataan tak semanis ucapan Yeolli. Aku tak tega melihat Sehun yang selalu
menjadi bahan tertawaan orang-orang sekitarnya. Aku ingin dia bahagia, bahagia
Yeolli hiks.. hiks..”
“Baekki~ bukankah sejak menjalin hubungan ini kita sudah berkomitmen untuk tak akan menggubris cemooh orang-orang,tapi kenapa sekarang kau menjadi seperti ini?”
“Baekki~ bukankah sejak menjalin hubungan ini kita sudah berkomitmen untuk tak akan menggubris cemooh orang-orang,tapi kenapa sekarang kau menjadi seperti ini?”
“Mianhe Yeolli, bukannya aku tak memegang komitmen kita,
hanya saja keadaan sekarang berbeda. Dulu aku bisa bertahan karena cintamu,
jadi aku tak pernah menggubris ucapan orang-orang.”
“Begitu juga sekarang Baekki, kita sangat mencintai
Sehun, dengan cinta kita Sehun pasti akan bahagia.”
“Ani Yeolli, ani... kita harus mempertemukan Sehun dengan
ibu biologisnya. Dia harus hidup dengan normal.”
“Ani, aku tak ingin melepasnya.” Bentak Chanyeol sambil
menatap istrinya.
Baekhyun tertunduk, ia benar-benar sedih, ia juga tak
ingin kehilangan Sehun, anak yang telah ia besarkan selama sembilan tahun,
bahkan selama ia masih berbentuk embrio Baekhyun sangat menyayanginya, walaupun
pada kenyataannya Sehun bukan anak biologisnya, dia adalah anak biologis
Chanyeol dengan seorang yeoja. Yang mereka buat lewat program ‘sewa rahim’.
“EOMMA!” teriakan Sehun barusan sukses membuat Baekhyun
dan Chanyeol terkejut, mereka segera berlari ke kamar Sehun.
Klik..
Chanyeol
menyalakan lampu kamar Sehun, dan di dapati Sehun sedang terduduk di kasurnya
dengan wajah pucat dan bercucuran keringat.
“Sehuni? Gwenchana?” ucap Baekhyun sambil duduk disamping
ranjang Sehun.
“Eomma~ Eomma~” ucap Sehun dengan pandangan kebingungan
dan wajah yang panik.
“Ne..ne.. eomma disini sayang. Kau kenapa?”
“Aku..aku mimpi buruk.”
“Mimpi bu__” ucapan Baekhyun terhenti karena Sehun segera
memeluknya erat.
“Eomma itu tak akan terjadi kan? iya kan eomma?” ucap
Sehun dalam pelukan Baekhyun.
“Apa sayang?” tanya Chanyeol sambil mengelus kepala
Sehun.
“Eomma, aku bermimpi eomma meninggalkanku dan appa. Aku
bermimpi eomma tak mau lagi menerimaku, eomma pergi begitu saja meninggalkan
kami, tanpa menoleh sedikit pun.”
Degh..
Baekhyun tersentak, sedetik kemudian ia memeluk Sehun
erat, sedangkan Chanyeol mengelus pundak Baekhyun kini.
“Kau tidur lagi ne sayang? Itu kan hanya mimpi, eomma tak
akan meninggalkanmu. Kau tenang saja, eomma dan appa sangat mencintaimu.” Ucap
Baekhyun menenangkan Sehun.
“Yaksok?” tanya Sehun sambil mengacungkan jari
kelingkingnya setelah melepas pelukannya. Baekhyun memandang jari kelingking
Sehun, Chanyeol pun menyiku Baekhyun, dan Baekhyun segera mengaitkan jarinya.
“Yaksok.” Ucap Baekhyun.
“Baekki, kau temani saja Sehun tidur disini.” Ucap
Chanyeol.
“Ah, ne..” Baekhyun mengangguk.
“Ani, aku ingin tidur bersama kalian berdua.”
“Tapi tempat tidurmu tak cukup sayang.” Ucap Chanyeol
sambil tersenyum. Sehun berpikir sebentar.
“Ayo, kita tidur di kamar appa dan eomma.” Ucap Sehun
sambil menarik tangan kedua orang tuanya.
“Haah.. rasanya empuk sekali.” Ucap Sehun yang kini
berada diantara Baekhyun dan Chanyeol.
“Kalau begitu tidurlah, bukankah besok kau akan sekolah.”
“Ne..ne.. arraseo.” Ucap Sehun, suasana pun menjadi
hening, sampai..
“Oh iya eomma?”
“hhmm..”
“Apa yang dimaksud dengan pubertas?” tanya Sehun
“Kenapa kau menanyakan hal itu?” tanya Baekhyun.
“Ne, aku mendapatkan pelajaran itu sekarang, tapi aku
masih tak mengerti.”
“Pubertas itu adalah dimana masa seorang anak kecil
sepertimu, berubah menjadi lebih dewasa, atau dinamakan masa remaja.”
“Jinja? Berarti suatu hari nanti aku akan menjadi remaja,
lalu dewasa, menikah dan memiliki anak. Hehehehehe..”
“Ck! Kau masih kecil Sehuni, belum pantas bicara seperti
itu.”
“Biarkan saja appa! Lagipula tak lama lagi aku akan
menjadi remaja. Oh iya, appa tahu yang dinamakan bereproduksi?”
“Hah? i..itu.. begini Sehuni, appa akan menjelaskan
dengan bahasa yang sederhana saja. Bereproduksi itu adalah proses dinama
makhluk hidup memperbanyak jenisnya, dengan cara melahirkan anak-anak yang
manis sepertimu.”
“Hehehehe.. begitu ya. Lalu bagaimana caranya?”
“Mwo? i..itu.. appa__”
“Kenapa appa tak
tahu? Bukankah appa sudah berhasil melakukan proses reproduksi?”
“Sehuni, ini sudah malam, sebaiknya kita tidur ne?” ucap
Baekhyun.
“Ani eomma, aku masih penasaran. Oh iya, rahim itu
letaknya dimana? Katanya seorang anak lahir dari sana benar kah itu?”
“It..itu.. benar. Seorang anak lahir dari rahim seorang
ibu. Dan letak__”
“ck! Kenapa appa yang menjawab? Setahuku seorang eommalah yang mempunyai rahim bukan seorang appa. Iya kan eomma?”
“ck! Kenapa appa yang menjawab? Setahuku seorang eommalah yang mempunyai rahim bukan seorang appa. Iya kan eomma?”
“Hhhm.. ne. Rahim itu letaknya di dalam perut seorang
eomma.”
“Jinja? Berarti dulu aku pernah berada disini.” Ucap
Sehun sambil mengelus-ngelus perut eommanya.
“Ne, benar. Rahim itu ada di perut seorang eomma, eomma
yang melahirkanmu Sehun, bukan aku.” Batin Baekhyun.
“Sehuni, eomma lelah. Kita tidur ne?” ucap Baekhyun
dengan suaranya yang sedih.
“Ne eomma.” Sahut Sehun lalu menutup matanya.
Walaupun keadaaan kamar gelap, namun Chanyeol masih bisa
melihat kalau istrinya sedang menangis, menangis dalam diam.
******
“Huwaaa.. kita kesiangan.” Ucap Baekhyun panik saat
melihat matahari sudah bersinar dengan terangnya.
“Jinja? Huwaaa.” Kini giliran Sehun yang panik.
“Eomma eottheokkae?” ucap Sehun sambil masih mengusap
matanya.
“”Palli! Palli! Kau mandi dulu, nanti eomma siapkan
seragammu. Yaak! Yeolli, cepat bangun, apa kau tak berangkat ke kantor?” ucap
Baekhyun sambil mengguncang keras tubuh suaminya.
“eeugghh.. jam berapa ini?”
“Jam 7.15.”
“MWOO??? Aku ada meeting dengan klien jam 8.00.”
“Makanya cepat bangun, aku akan menyiapkan pakaianmu.”
“Ne..ne..”
“Yeolli, gunakan kamar mandi tamu, kamar mandi kita di
pakai Sehuni.”
“Mwo?”
“Yaak! jangan banyak bicara, cepat!” teriak Baekhyun yang
juga nampak panik bukan main, gara-gara menjawab pertanyaan Sehun semalam,
semuanya jadi bangun kesiangan.
..
..
“Eomma mana sepatuku?”
“Ne,, chakkaman!”
“Chagy, mana tas kerjaku?”
“Di atas meja rias sayang.”
“Eomma topiku mana?”
“Di dalam lemari.”
“Di dalam lemari.”
“Chagy, kunci mobilku?”
“Aigoo! Di dekat meja telepon.”
....
“Bye-bye..” ucap Baekhyun sambil melambaikan tangannya
kearah Sehun dan Chanyeol yang sudah berada di dalam mobil.
“Ne.. bye-bye. Saranghae eomma.”
“Ne, na do.”
Baekhyun
berjalan dengan lega menuju ruang tamu, benar-benar pagi yang melelahkan. Ia
memutuskan untuk bersantai sebentar di atas sofa, sambil merapikan beberapa
majalah yang berserakan diatas meja. Saat mengingat kejadian tadi Baekhyun
kembali tersenyum, keluarga mereka memang unik dan Baekhyun senang dengan itu.
“Aku memang bodoh, seharusnya aku bahagia dengan keluarga
kecil kami, lagipula Sehun sangat mencintaiku, begitu juga dengan Chanyeol.
Apalagi yang kurang dalam hidupku.” Gumam Baekhyun kecil. Saat ia hendak
berjalan untuk mengambil minum ia melihat kotak bekal Sehun tertinggal, ia
melirik jam di dinding.
“Oh masih ada waktu sebelum istirahat pertamanya.” Gumam
Baekhyun lalu masuk ke dalam kamarnya.
Baekhyun’s POV
Ck! Dasar
anak itu, dia melupakan bekalnya. Aku masih memiliki banyak waktu sebelum jam
09.30, jam istirahat pertamanya. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian aku
berjalan menuju halte. Selama perjalanan aku berharap aku tak terlambat
mengantarkan ini, bisa-bisa dia kelaparan saat mengikuti pelajaran. Saat sampai
di depan pintu gerbangnya, aku disambut baik oleh penjaga sekolah. Aku berjalan
menuju kelasnya, tapi kelasnya kosong.
“Silyehamnida. Apakah anda tahu dimana siswa kelas 4B?”
tanyaku pada seorang namja yang sedang lewat, yang aku rasa dia adalah guru.
“Oh, mereka sedang mengikuti kelas olahraga dilapangan.
Anda ingin mencari siapa?” tanyanya lagi.
“Park Sehun.”
“Oh Sehun-ah. Anda
ini siapanya?”
“Aku__” ucapanku tertahan, tak mungkin aku mengatakan
kalau aku eommanya, dia bukan bocah berusia 9 tahun yang tak bisa membedakan
namja dan yeoja.
“Aku, pamannya.”
“Oh begitu. Anda bisa lurus di koridor ini, lalu turun di
tangga sebelah kiri, dan anda akan sampai ke lapangan.”
“Ne..gamsahamnida.”
“Ne. Cheonmaneyo.”
Setelah
memberi hormat aku berjalan mengikuti petunjuk yang guru itu berikan. Aku
mendengar suara tawa anak-anak, aku rasa aku sudah sampai. Dan benar,
dilapangan basket itu aku melihat banyak anak-anak sedang bermain. Hmm.. tapi
mana Sehunku ya? Gotcha! Tak sulit menemukannya karena dia memiliki kulit
paling putih dan tubuhnya juga tinggi, jadi dia terlihat mencolok.
“Sehun__” ucapanku terputus saat aku melihat beberapa
anak-anak kecil mendekatinya, sedangkan Sehunku hanya duduk dan tak
memperdulikan mereka. Aku mendekatkan tubuhku untuk mendengar apa yang mereka
bicarakan,namun tak sampai terlihat oleh yang lain.
“Yaak! Sehun-ah, kenapa kau diam saja hah? seharusnya kau
itu pandai berolahraga, bukankah kedua orang tuamu namja? hahahaha..” aku
mendengarnya, namun aku tak melihatnya, karena aku menyembunyikan diriku di
belakang pohon.
“ Diam kalian! bukan urusan kalian!” aku mengenal
bentakan itu, itu Sehun.
“Oh iya aku bingung, waktu kau kecil siapa yang memberimu
ASI? Bukankah eommamu tak memiliki payudara. Hahahahha..” kembali lagi
terdengar ejekan untuk Sehun. Aku benar-benar tak tega, jantungku terasa sakit,
anak sekecil dia sudah mendapat hinaan seperti ini, ini pasti menyakitkan.
“Tahu apa kalian tentang eommaku.”
“eomma? Bukankah seharusnya appa? Hahahahahaha..” terdengar
lagi ejekan itu.
“Diam! Kalian tak mengetahui apa-apa tentangku dan
keluargaku. Aku hiks..hikss.. aku mencintai eommaku dan eommaku mencintaiku,
selamanya. Selama eomma selalu disisiku itu sudah cukup.” Ucap Sehun yang
sepertinya sedang menangis. Aku tak kuat lagi, aku memutuskan pergi dari tempat
itu.
“Eih? Kenapa anda menangis?” tanya guru tadi yang kini
berpapasan denganku di koridor.
“Hm,bisakah aku..aku. menitipkan ini untuk Park Sehun?
Aku tak melihatnya tadi. Gamsahamnida.” Ucapku lalu berlari sekencangnya.
Sakit! Benar-benar sakit! Aku tak membayangkan sesakit apa hati Sehun kini.
Pantas saja ia sering pulang kerumah disaat jam pelajaran dengan keadaan
menangis, mereka terlalu kejam, orang-orang terlalu kejam. Apa yang salah
dengan kami? Aku tahu pernikahanku dengan Chanyeol salah, aku tahu itu, dan
juga keputusanku untuk mempunyai seorang anak. Tapi tidakkah itu hak kami, hak
kami untuk bahagia? Kami bertiga saling mencintai, kami hanya ingin dihargai,
itu saja, apa permintaan itu terlalu sulit?
Aku
berjalan masuk ke dalam rumah, dan segera menutupnya. Aku menyandarkan tubuhku
di pintu dan menangis sejadi-jadinya.
“Sehuni, mianhe.. maafkan eomma, ini semua salah eomma..
hikss..hiks..”
‘Eomma kenapa
rambut eomma tak sepanjang rambut eomma-eomma yang lain?’
‘Eomma
kenapa eomma tak pernah memakai rok?’
‘Eomma,
teman-temanku bertanya kenapa aku punya dua appa? Apa maksudnya eomma? Apa
eomma punya suami lain selain appa?’
‘Eomma,teman-teman
mengejekku, katanya aku ini anak pungut, apa itu benar?’
‘Eomma,
kenapa mereka bilang kalau keluarga kita kelainan?’
‘Eomma,apa
saat aku kecil aku minum ASI? Dan itu keluar dari sini? Tapi kenapa dada eomma
tidak terlihat?’
‘Eomma,aku
ini kuat. Aku kuat eomma, tenang saja, aku tak akan membiarkan orang lain menyakiti
eomma.’
‘Eomma,
jika aku menikah nanti aku ingin punya istri seperti eomma.’
‘Eomma,
tadi teman-teman di sekolahku mengatakan sesuatu tentang kata gay, apa artinya
eomma? Apa itu sesuatu yang baik atau buruk?’
‘Ck! Aku
kesal dengan mereka eomma, mereka meledekku seolah-olah mereka mengenal eomma
melebihiku, padahal melihat eomma saja mereka tak pernah, hanya mendengar dari
eomma mereka.’
Pertanyaan-pertanyaan
Sehun selama ini terus terngiang ditelingaku. Selama ini aku selalu
membohonginya, tapi aku tahu kebohongan ini akan terkuak, aku tak sanggup saat
Sehun mengetahui kebenaran kalau kedua orang tuanya adalah namja, aku tak mau
dia membenciku saat itu, aku takut, aku takut kehilangannya, aku takut
kehilangan keluarga kecilku yang berharga ini.
******
Aku dan
Chanyeol duduk di depan TV menonton beberapa acara yang membosankan, Chanyeol
semakin mempererat pelukannya di pinggangku membuatku tersenyum.
“Baekki, kau kenapa lagi? Apa ada yang kau fikirkan.”
Tanya Chanyeol.
“Hah? ne. Masalah liburan kita, apa kau benar untuk
mengajaknya berjalan-jalan besok?” tanyaku, tepatnya bohongku untuk mengalihkan
pembicaraan.
“Oh jadi itu masalahmu, tentu saja jadi.Aku bahkan sudah
mengalihkan tugasku pada asistenku. Hanya saja aku tinggal menunggu konfirmasi
dari Sehuni, tempat mana yang dia inginkan.”
“Jinja? Aku hanya takut kalau kau mengingkarinya.
Baiklah! Aku panggil saja dia!”
“Sehun_”
“Eomma, appa!” baru saja aku ingin memanggilnya dia sudah
keluar dari kamarnya sambil berteriak seperti biasanya.
“Wae?” tanya Chanyeol.
“Aku sudah tahu akan kemana kita.”
“Kemana?” tanyaku.
“Disneyland.”
“Mwo?” seruku berdua.
“Ne. Aku ingin kesana, aku mendengar cerita temanku yang
pernah kesana, katanya disana bagus. Boleh ya appa?” ucapnya manja sambil duduk
diantara kami.
“Hhmm... sebagai seorang namja appa memegang ucapan appa.
Baiklah, biar appa pesankan tiket untuk kesana sekarang ne.”
“Huwaaa jinja? Gomawo, kalau begitu aku akan menyiapkan
apa saja yang harus aku bawa, heehehehehe..” ucapnya senang lalu kembali ke
kamar.
“Biar aku yang pesankan lewat on-line.” Ucapku sambil
beranjak dari kursi.
“Jinja? Huwaa.. gomawo Baekki.”
******
Kami
bertiga telah sampai dibandara, aku tersenyum melihat wajah Sehun yang nampak
senang. Ia terus menarik-narik tangan kami. Ketiga tiket pesawat sudah ada di
tanganku, jadi tinggal menunggu keberangkatan pesawat kami saja.
Baekhyun’s POV end
Author’s POV
“Ayo
kesini!” ucap Baekhyun sambil menuntun Chanyeol dan Sehun. Saat Chanyeol hendak
melihat di ah, entahlah namanya author sendiri juga bingung. Itu lho yang layar
yang berisi jadwal keberangkatan pesawat, tau kan? balik#
Baekhyun
segera menarik tangan Chanyeol.
“Silahkan masuk!” sapa seorang petugas yang
ramah,mempersilahkan ketiga namja ini masuk.
“Baekki? Apa kau merasa ada yang aneh? Aku rasa keberangkatan ke LA bukan disini.” Ucap Chanyeol yang memang sudah biasa bolak-balik luar negri untuk urusan bisnis.
“Baekki? Apa kau merasa ada yang aneh? Aku rasa keberangkatan ke LA bukan disini.” Ucap Chanyeol yang memang sudah biasa bolak-balik luar negri untuk urusan bisnis.
“Ani, aku yakin ini.
Tenanglah Yeolli!” ucap Baekhyun. Dan mereka segera masuk ke dalam
pesawat. Chanyeol duduk berdua dengan Baekhyun sedangkan Sehun duduk disebrang
mereka.
“Selamat datang di **** semoga kalian menikmati
penerbangan menuju China.” Ucap seorang pramugari.
“Baekki?” pekik Chanyeol, lalu ia menoleh ke arah Sehun
yang sedang duduk dan mengenakan headphone jadi ia tak mendengar ucapan
pramugari barusan.
“Mianhe Yeolli, aku tak tahan lagi, sekarang sudah
waktunya.”
“Kau gila Baekki! Ayo kita turun!”
“Ani!”
“Kepada penumpang pesawat*** silahkan pasang sabuk
pengaman anda.”
....
...
Sehun
berjalan dengan senangnya, namun berbeda dengan Baekhyun dan Chanyeol yang sama
sekali tak bicara.
“Eomma~ appa~ apa kalian tak merasa aneh? Kenapa
wajah-wajah orang-orang disini oriental? Setahuku di tv aku melihat mereka
bule-bule.”
“Hehehehe.. mungkin karena mereka juga penumpang yang
baru sampai sayang.” Ucap Chanyeol, namun Baekhyun menghempaskan tangan
Chanyeol dari Sehun.
“Sehuni, dengarkan eomma! Yang appamu katakan bohong. Kau
sudah besar sekarang jadi kami tak akan membohongimu lagi. Kita tidak sedang
berada di LA, tapi kita di China sayang.” Ucap Baekhyun tegas sambil meremas
bahu Sehun.
“Di Chi..China? tapi kenapa eomma? Bukankah kita mau ke
Disneyland?”
“Iya karena__”
“Begini Sehuni, mendadak Disneyland sedang dalam
perbaikan, jadi tak dibuka. Karena eomma tak ingin kau kecewa makanya ia
mengajakmu jalan-jalan ke China.” Ucap Chanyeol yang sebelumnya telah meremas
kuat pundak Baekhyun, agar tak memberitahu Sehun.
“Jinja? Apakah yang appa katakan benar eomma?” tanya
Sehun pada Baekhyun dan Baekhyun hanya tersenyum.
“Tapi.. aku ingin kesana.” Ucap Sehun manja.
“Jangan cengeng Sehun-ah! Kau sudah besar.” Ucap Baekhyun
ketus.
“Eih?”
“Baekki!” bentak Chanyeol
“Ne, benar aku sudah besar. Aku akan menikmati liburanku
disini, yang penting ada eomma dan appa.” Ucap Sehun sambil menggandeng tangan
orangtuanya. Baekhyun hanya dapat menundukan kepalanya dengan wajah sedihnya.
Kini
mereka bertiga naik bus menuju sebuah desa. Sehun duduk diantara Baekhyun dan
Chanyeol. Sehun memang anak yang patut dibanggakan, walaupun keinginannya untuk
ke Disneyland tak terpenuhi dan malah terganti dengan pergi ke desa ia bahkan
ia tak tahu dimana, ia tetap tersenyum.
“Oh iya eomma,memangnya kita mau ke desa mana?” tanya
sehun.
“Ke desa tempat saudara eomma, walaupun eomma
jelaskan kau tak akan tahu kan?” sahut
Baekhyun ketus sambil melempar pandangannya.
“Saudara eomma? Apa eomma punya saudara di China? Kenapa aku tak tahu eomma?”
“Saudara eomma? Apa eomma punya saudara di China? Kenapa aku tak tahu eomma?”
“Sehun bisakah kau diam dan jangan tanya apa-apa! Nanti
kau akan tahu sendiri.”
“Baekki!” pekik Chanyeol sambil memberi tatapan tajam ke
Baekhyun, sedangkan Baekhyun menatap suaminya sebentar lalu melempar
pandangannya.
“Sehuni, nanti di desa ini kau bisa bermain dengan puas,
disini itu ada banyak permainan seru kau tahu? Appa yakin kau tak akan
menyesal,lihat-lihat itu ada sapi, mooooo~” ucap Chanyeol sambil menirukan
suara sapi.
“Hahahaha.. mirip sekali appa. Hahahaha.. mooooo~” ucap
Sehun kini meniru appanya.
“Apa eomma marah padaku? Bukankah aku tak menangis saat
kami batal ke Disneyland?” batin Sehun.
“Huwaaa.. kita sampai.” Ucap Chanyeol dan segera turun
dari bus.
“Yeeii~ kita sampai, punggungku sampai pegal duduk di
bus.” Ucap Sehun.
Baekhyun
dan Chanyeol hanya bisa menatap Sehun yang sedang berlari-lari setelah turun
dari bus.
“Baekki, aku ingin bicara denganmu setelah ini.”
“Apalagi? Tak ada yang perlu dibicarakan Yeolli, dan aku
harap kau akan membiasakan sikapmu saat bertemu dengan kakakku.” Ucap Baekhyun
sambil menarik kopernya.
“Ck! Sehuni pelan-pelan! Jangan jauh-jauh! Kka!” panggil
Chanyeol.
Akhirnya
mereka sampai di sebuah rumah kecil yang sederhana setelah melewati jalan yang
cukup berliku-liku.
Teng..Teng..
Baekhyun
menarik lonceng yang terletak di pintu gerbang.
“Tunggu sebentar! Aku__” ucapan seorang yeoja yang
menggunakan bahasa China terputus, ia tertegun melihat siapa yang berdiri di
depan rumahnya. Matanya menatap satu per satu orang yang kini juga menatapnya
sampai ia tertuju pada Sehun.
“Baekhyunie~ huwaaa.. kalian?” ucapnya senang sambil
berlari menghampiri mereka bertiga.
“Kapan kalian sampai? Kenapa tak mengatakan pada noona?
Aigoo! Sudah lama sekali ne?” ucap yoeja tersebut, sambil menunjukan senyumnya
yang manis.
“Ne noona, aku sengaja memberi kejutan.” Ucap Baekhyun.
“Huh kau ini, kalau kau bilang kan aku bisa menjemput
kalian, dan kalian tak usah repot-repot jalan, dan si kecil ini, apa ini
Sehun?”
“Ne, Park Sehun imnida.” Ucap Sehun memperkenalkan diri.
“Huwaa~ manis sekali. Apa dia__?”
“Ne noona, dialah anaknya.”
“Hhhm.. senang bertemu denganmu sayang. Xi Luhan imnida.”
Ucap yoeja itu ramah.
“Oh iya aku sampai lupa, ayo masuk! Kalian dari
perjalanan jauh, pasti lelah sekali. Aku akan menyiapkan kamar buat kalian ne?”
“Hehehe.. maaf merepotkan noona.”
“Ck! Gwenchana, ini sudah seharusnya.”
..
...
Kini
mereka berempat sedang duduk diruang tamu yang cukup sederhana.
“Hhm.. Luhan sshi. Apa anda tinggal sendiri?” tanya
Sehun.
“Hehehee..ne..”
“Sehuni, panggil dia mama( ibu ) !” ucap Baekhyun yang
sukses mendapat tatapan heran dari tiga orang, namun satu tatapan mengartikan
berbeda.
“Hah? mama ( yang mulia )?” tanya Sehun.
“Ne, mama~”
“Tapi kenapa harus mama?”
“Jangan banyak tanya! Ikuti saja!” ucap Baekhyun ketus
lagi, dan membuat Sehun menunduk.
“Baekhyuni, aku ingin bicara denganmu sebentar!” ucap
Chanyeol yang segera berjalan lalu diikuti Baekhyun.
“Sebentar noona.” Ucap Baekhyun.
“Ne.” Sahut Luhan dengan wajah yang bingung.
“Oh iya Sehuni, kalau aku tak salah sekarang kau sudah
berusia 9 tahun ne?”
“Ne..12 April lalu aku genap berusia 9 tahun. Bagaimana
Lu__ ah maksudku mama tahu?”
“Ne.. tentu saja, karena.. ( menundukan kepalanya sejenak
) karena eommamu bercerita banyak tentangmu.”
“Oh begitu. Kalau aku boleh tahu apa hubungan mama dengan
eomma?”
“apakah eommamu belum cerita?”
“Ani, sejak turun dari bandara eomma jadi bersikap ketus
padaku. Oh iya apa hubungan kalian?”
“eomma itu adalah adik tiri mama, dulu mama tinggal di
Korea namun beberapa tahun lalu mama memilih tinggal disini, untuk menikmati
hari tua.”
“Oh begitu, lalu apa mama tak memiliki anak dan suami?
Aku tak melihat ada orang lain disini.”
“Ani, hehehehe.. mama tak ingin menikah, mama masih ingin sendiri, masalah anak mama punya, tapi__”
“Ani, hehehehe.. mama tak ingin menikah, mama masih ingin sendiri, masalah anak mama punya, tapi__”
“Tapi apa?”
“Tapi anak mama sudah pergi jauh, jauh meninggalkan mama.”
“eih? Apa maksud mama meninggal?” tanya Sehun sedangkan
Luhan hanya tersenyum.
“Oh iya, jika mama tak menikah, kenapa bisa memiliki
anak?”
“Hah? itu..itu.. kau anak yang pandai Sehuni, pasti eomma
dan appamu mendidikmu dengan baik.”
“Ne.. gomawo. Tentu saja, mereka sangat menyayangiku,
apalagi eomma, eomma sangat..sangat mencintaiku, tapi aku sedikit sedih
sekarang.”
“Wae?”
“eomma jadi bersikap dingin begitu padaku, padahal aku..
aku sudah bersikap baik, bahkan aku tak menangis saat eomma membatalkan pergi
ke Disneyland.” Ucap Sehun tertunduk, Luhan mengernyitkan dahinya.
“Sehuni, eommamu tak marah kok, mungkin dia hanya lelah.
Mama yakin eommamu masih sayang padamu.”
“Ne Sehun tahu itu, eomma kan hanya sayang aku seorang,
dan juga appa, hehehehe..” sebuah senyum mengembang di pipi Sehun.
Sementara itu...
“Ada apa dengamu hah? kenapa kau bersikap sekasar itu
pada Sehuni?”
“Aku..aku.. biarkan saja! Aku hanya tak ingin dia menjadi
cengeng.”
“Tapi bukan begitu caranya Baekki, kau tahu dia pasti
sangat sedih dengan sikapmu, dia sangat menyayangimu, dan tiba-tiba kau marah
tanpa alasan. Dia termasuk anak yang kuat, dia bahkan tak menangis saat kita
membatalkan liburannya, apa kau tak kasihan padanya??”
“Karena aku kasihan padanya, makanya aku melakukan ini. Kau tak tahu bagaimana perasaannya saat dia diejek oleh teman-temannya di sekolah, aku melihatnya langsung Yeolli, langsung! Dengan tubuh bergetar, dan mata yang basah ia melawan hinaan dan cacian yang teman-temannya berikan, ia masih terlalu kecil untuk itu. Aku hanya ingin dia bahagia.”
“Karena aku kasihan padanya, makanya aku melakukan ini. Kau tak tahu bagaimana perasaannya saat dia diejek oleh teman-temannya di sekolah, aku melihatnya langsung Yeolli, langsung! Dengan tubuh bergetar, dan mata yang basah ia melawan hinaan dan cacian yang teman-temannya berikan, ia masih terlalu kecil untuk itu. Aku hanya ingin dia bahagia.”
“Dengan mengorbankan kebahagiaanmu? Aku juga ingin melihatnya
bahagia, tapi kebahagiannya adalah saat dia bersama kita, kau tak dengar
ucapannya tadi? Untuk anak sekecil itu, dia bisa mengatakan hal seperti itu,
dia hanya butuh kita, asalkan kita berada di sampingnya dia akan bahagia.”
“Ne..nee.. aku tahu. Tapi aku tak tega, aku tak tega. Dia
harus tahu kebenarannya, lagipula cepat atau lambat dia memang harus tahu,
siapa dia.”
“Tapi ini terlalu cepat Baekki.” Ucap Chanyeol lalu berjalan meninggalkan Baekhyun, yang masih terisak. Ia juga sebenarnya sedih, ia sedih harus melakukan hal ini, dia amat menyayangi Sehun, melebihi dirinya sendiri.
“Tapi ini terlalu cepat Baekki.” Ucap Chanyeol lalu berjalan meninggalkan Baekhyun, yang masih terisak. Ia juga sebenarnya sedih, ia sedih harus melakukan hal ini, dia amat menyayangi Sehun, melebihi dirinya sendiri.
“eomma.” Seru Sehun saat melihat Baekhyun keluar dari
dapur.
“Eomma, apa eomma menangis?” tanya Sehun dan menghampiri
eommanya.
“Ani, mata eomma tadi kemasukan sesuatu, makanya tadi
meminta appa meniupkannya.” Bohong Baekhyun.
“Oh begitu, oh iya setelah ini mama mengajakku ke ladang,
katanya ia akan memanen kentang. Ayo kita bersiap-siap eomma, appa! Appa ikut
kan?”
“Ne, tentu saja.” Sahut Chanyeol.
“Kalian pergilah! Mendadak eomma tak enak badan.”
“Mwo? apa kau baik-baik saja? Kalau begitu kita__”
“Tak usah noona, gwenchana, kalian pergi saja! Nanti
istirahat sebentar aku akan sembuh.”
“Apa eomma perlu Sehun temani.”
“Hehehe.. ani Sehuni, kau pergi saja! Ini liburanmu,jangan
pikiran eomma!”
“Tapi eomma__”
“Sehuni.” Baekhyun meninggikan sedikit nada suaranya.
“Ne..ne... appa ayo kita pergi, mama ayo! Aku tak ingin
eomma marah lagi padaku, ayo~ palli~” rengek Sehun sambil menarik tangan
Chanyeol dan Luhan.
“eomma~ kami berangkat dulu ne?”
“Ne.. bye.” Ucap Baekhyun sambil melambaikan tangan.
Baekhyun’s POV
‘Mianhe Sehuni, eomma harus berbohong lagi.
Eomma hanya ingin memberikan kalian bertiga waktu beradaptasi, kau harus bisa
dekat dengan eomma kandung dan appa kandungmu.’
Aku hanya
dapat melihat kepergian mereka dari balik jendela, aku menuju ke dapur untuk
membuatkan makan siang saat mereka pulang.
Baekhyun’S POV end
Author’s POV
Tak lama
setelah Baekhyun menyelesaikan beberapa masakan dan merapikan beberapa sudut
rumah, ia mendengar panggilan dari luar.
“Eomma~ eomma~ kami pulang.” Ucapan Sehun barusan membuat
Baekhyun berjalan menuju pintu depan.
“Huuh.. melelahkan sekali.” Ucap Chanyeol sambil
mendudukan dirinya di sofa.
“Ne. Appa. Tapi tadi itu seru. Iya kan mama?” ucap Sehun
yang kini duduk disamping appanya dengan posisi orang kelelahan.
“Ne, benar. Mama tak menyangka kau pandai sekali, semua
kentang yang kau dapatkan hasilnya besar-besar.”
“Ini minumlah!” Baekhyun datang sambil membawakan tiga
gelas minuman dingin.
“Huwaa..Sehun mau.”
“Appa juga.”
“Aku juga.”
Ucap ketiganya sambil meraih gelas mereka masing-masing.
“eomma, apa eomma sudah baikan?”
“Ne.. sudah.”
“Baekki? Apa kau selesai bersih-bersih? Kenapa aku merasa
rumah nampak lebih bersih?”
“hehehehhe ne noona, aku hanya merapikan sedikit yang
berantakan.”
“Ck!seharusnya kau beristirahat.”
“Ne eomma, seharusnya eomma beristirahat. Sehun tak mau
eomma sakit. Seharusnya eomma tak membawa kebiasaan bersih-bersih eomma kesini.
Mama tahu? Eomma ini suka sekali bersih-bersih, di Seoul eomma selalu merapikan
kamarku, padahal bagiku itu sudah rapi?”
“Jinja? Iya eommamu itu memang seperti anak perempuan.”
Ucap Luhan, dan sedetik kemudian ia sadar dengan yang ia ucapkan.
“Eomma kan memang perempuan.” Ucap Sehun sambil meminum
es-nya.
..
..
..
“Apa kau
belum memberitahunya Baekhyun-ah?” tanya Luhan, saat kini mereka berada di
teras depan, Chanyeol dan Sehun sudah tidur dari tadi.
“Ne, noona.”
“Ck! Kenapa bisa?”
“Makanya sekarang aku membawanya kesini, sekalian untuk
memberitahunya kalau ibu kandungnya adalah kau noona.”
“Mwo? apa kau gila?”
“Ne.. aku kasihan melihatnya noona, dia selalu menjadi
bahan ledekan orang-orang sekitarnya.”
“Mwo?”
“Tapi dia berusaha mati-matian untuk melawannya. Aku
sudah tak kuat lagi noona, aku akan menceritakan semua padanya.”
“Jangan! Dia pasti akan sangat shock.”
“Biarlah dia shock untuk sementara, lebih baik ia tahu
diawal dan dari mulut eommanya sendiri.”
“Tapi Baekhyun kenapa harus seperti ini? Bukankah sejak
awal kita sudah buat kesepakatan? Aku bersedia meminjamkan rahimku, asalkan kau
membuatnya bahagia.”
“Aku sudah menepatinya noona, aku sudah menepatinya. Aku
selalu membuatnya bahagia dan rencana ini, ini juga untuk membuatnya bahagia.”
“Bahagia apanya Baekki? Ini malah akan membuatnya sedih.
Bagaimana kalau nanti ia tak mau menerimaku sebagai mamanya, dan bagaimana bila
ia tak mau melepaskanmu, atau yang paling parah dia akan membencimu.”
“Aku sudah memikirkannya noona, aku sengaja mengajaknya
kesini untuk membuatnya dekat denganmu, dan lebih menyayangimu, dan masalah dia
akan membenciku, aku sudah memikirkannya, aku akan pergi dari kehidupannya.”
“Mwo? kau tak bisa Baekki? Bagaimana dengan Chanyeol? Dia
juga menyayangi Sehun.”
“Aku tahu, aku sudah memikirkannya. Aku tak akan memisahkan
anak dengan ayahnya”
“Lalu apa maksudmu?”
“Aku yang akan pergi, dan kalian bertiga akan hidup
bersama.”
“Mwo? kau benar-benar kelewatan.”
“Aku tahu noona, aku tahu kau mencintai Chanyeol kan? itu
lah alasan mengapa kau mau menyewakan rahimmu untuk ia buahi, dan kenapa sampai
sekarang kau tak menikah?”
“Baekki?”
“Jujur saja noona, aku sudah tahu itu. Aku tahu itu sejak
lama.”
“Baekki, mianhe.”
“Gwnchana Noona, aku sama sekali tak keberatan. Dalam
kasus ini posisikulah yang salah, seandainya Chanyeol bertemu denganmu lebih
dulu, pasti ceritanya tak serumit ini.”
“Tak mungkin, lagipula Chanyeol sangat mencintaimu.
Masalah aku mau meminjamkan rahimku, tak hanya karena aku mencintai Chanyeol,
tapi karena aku juga menyayangimu, dan masalah aku tak menikah sampai saat ini,
aku hanya belum yakin dengan perasaanku.”
“Ne, kau belum yakin karena kau masih mencintai Chanyeol.
Sudahlah noona, sekarang saatnya kau mengakhiri masa lajangmu.”
“Andwe. Aku tak ingin lagi membahas ini! Aku anggap
percakapan ini tak pernah terjadi.” Ucap Luhan lalu meninggalkan Baekhyun.
*****
“Eomma~
aku mau mandi, tapi aku ingin dimandikan eomma~”
“Mwo? kau sudah besar Sehuni.” Ucap Chanyeol.
“Biar saja! Appa saja sering mandi bersama eomma, masa
aku tak boleh.” Ucap Sehun.
“Aigoo! Kau ini, mianhe eomma sibuk, sana minta
dimandikan mama saja!” ucap Baekhyun yang sibuk memotong beberapa sayuran.
“Ah~ eomma, ayolah jebal! Bbuing-bbuing~”
“Ani, walaupun kau menunjukan aegyomu seribu kali eomma
tak bisa. Eomma sibuk Sehuni.”
“Baiklah! Kalau begitu aku minta sama mama saja, jangan
salahkan Sehun, kalau nanti Sehun lebih sayang sama mama.” Ucap Sehun dan pergi
berlalu.
“Memang itu, memang itu sayang yang eomma inginkan.”
Batin Baekhyun.
Greep..
Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang Baekhyun,
membuatnya tersadar dari lamunannya.
“Mwoya? apa kau juga ingin dimandikan olehku?” tanya
Baekhyun.
“Ne, kalau kau bersedia.” Ucap Chanyeol seduktif.
Tok..
Sebuah jitakan mendarat di kepala Chanyeol.
“Yaak! appo chagy.”
“Biarkan saja! Sana aku mau masak!”
“Ani, aku ingin memeluk istri kesayanganku.” Ucap
Chanyeol dan menenggelamkan wajahnya di leher Baekhyun sambil menyesap aroma
tubuh istrinya.
“Yaak!sana! Yeolli!”
“Ani nan shireo.”
“Bagaimana kalau ada yang melihat?”
“Kalau begitu kita ke kamar saja!”
“Ck! Sudah sana lepaskan!” bentak Baekhyun sambil
mendorong tubuh Chanyeol membuatnya membentur kulkas.
“Akh! Appo!”
“Makanya jangan macam-macam.”
“Ugh, kau jahat Baekki, jangan salahkan aku kalau nanti
aku mencari orang lain untukku peluk.” Ucap Chanyeol lalu pergi.
Sejenak Baekhyun tersenyum, sifat mereka berdua sama. Tak
anak tak ayah, keduanya suka mengancam kalau tak dituruti.
“Memang itu mauku yeobo, aku ingin kau mencari
penggantiku.” Batin Baekhyun.
Baekhyun’s POV
Aku
menyajikan makan yang baru selesai ku masak di atas meja,kedua jagoanku sedang
pergi entah kemana.
“Yaak! ayo semuanya kita sarapan. Luhan noona! Yeolli!
Sehuni!” panggilku dan tak butuh waktu lama ketiga orang itu sudah muncul.
“Waah~ apa menu kita kali ini?” tanya Sehun sambil menggosok
kedua tangannya dan menatap ke arah meja makan.
“Hmm.. bukan hal spesial. Ayo cepat cuci tangan kalian.”
“Sudah eomma~” ucap Sehun lalu duduk.
“Waah, kau repot-repot Baekki, seharusnya aku yang
menjamu kalian.”
“Gwenchana noona.”
“Ayo mana piringmu Sehuni?” tanyaku.
“Ani, aku mau mama yang mengambilkannya untukku.” Ucap
Sehun.
“Eih?” tanyaku.
“Ne, Sehun masih kesal sama eomma, eomma tak mau
memandikan Sehun.”
“Ne..ne..” ucapku sambil tersenyum geli, tapi kenapa
rasanya sakit saat ia mengucapkan itu. Tapi aku tak boleh lemah, bukankah
tujuanku memang itu.
“wae?” tanyaku saat Chanyeol menatapku.
“Kau mau Luhan noona juga yang mengambilkannya untukmu
Yeolli?” ucapku sedikit menantang. Dia mendengus kearahku lalu memberikan
piringnya ke Luhan noona.
“Hahaha.. kasihan eomma tak ada yang mau diambilkan
olehnya.” Celoteh Sehun, aku hanya bisa memandangnya sambil menjulurkan
lidahku.
“Mama, suapi Sehun!” Ucapnya lagi, aku tahu ia
melakukannya karena ingin membuatku cemburu, tapi dia sukses, walaupun itu hanya
sebuah candaan, dan ini pasti berlangsung lama.
..Skiptime..
Aku merapikan beberapa piring kotor setelah
sarapan kami tadi pagi.
“eomma~”
“Wae?” tanyaku saat Sehun menghampiriku.
“Eomma~ aku akan memberikan eomma kesempatan, jika eomma
mau tidur siang denganku, maka aku akan memaafkan eomma.”
“Jika tidak?”
“Maka eomma akan menyesal, karena aku akan tidur dengan
mama.”
“Kalau begitu sana tidur dengan mama!” ucapku.
“Mwo? eomma~” rengeknya sambil menarik-narik ujung
bajuku.
“sana! Kan tadi kau sendiri bilang mau tidur dengan mama
jika eomma tak mau.”
“Huh.. baiklah aku akan tidur dengan mama. Aku kesal sama
eomma.” Ucapnya sambil mempoutkan bibirnya lalu, pergi.
“Baekki? Kenapa dengan Sehuni?” tanya Yeolli yang baru
saja berpapasan dengan Sehun.
“Yah seperti biasa dia ngambek. Wae? Kenapa mencariku?”
“Ck! Tentu saja aku merindukanmu.”
“Cih! Dasar, kau kenapa? mau tidur siang denganku? Dan
mengancam akan mencari orang lain untuk kau ajak tidur siang jika aku tak mau?”
“Iisshh.. dasar! Kau menyamakanku dengan Sehun.”
“Memang kalian sama, 11-12 Yeolli.”
“Ck! Kalau begitu aku tidur sendiri saja.” Ucapnya lalu
pergi meninggalkanku dengan gaya yang sama dengan Sehun.
Baekhyun’s POV end
******
Author’s POV
Chanyeol
menggeliat saat cahaya matahari masuk ke dalam kamar mereka, ia memindahkan
tangannya untuk merengkuh tubuh mungil sang istri, namun ia mengernyitkan
dahinya saat ia meraba ranjang disebelahnya, nihil. Tak ada Baekhyun
disampingnya, ia terduduk dan mengedarkan pandangannya, dan tak sengaja matanya
menatap kejanggalan di meja nakas, dengan cepat ia meraih sebuah kertas dengan
tulisan yang biasa kita sebut surat.
‘Good morning Yeolli. Mianhe, mungkin kau
kan sangat marah karena saat kau bangun aku sudah tak ada disampingmu, aku
balik ke Seoul kemarin malam. Mianhe karena tak memberitahumu dulu, aku sudah
memikirkannya matang-matang, lebih baik aku tak ada diantara kalian untuk
sementara. Eits tapi bukan berarti aku akan menghilang untuk selamanya, aku
hanya memberi kalian waktu beradaptasi selama 1 minggu tapi setelah aku
fikir-fikir aku tak bisa berpisah dengan kalian terlalu lama, jadi aku
persingkat menjadi 2 hari. Jangan berpikir untuk pulang hari ini juga, karena
bila kau melakukannya maka selamanya kau tak akan melihatku. Aku sudah
memesankan tiket untuk kalian berdua, ada di dalam laci meja. Ini permohonanku
Yeolli, aku harap kau mengerti, dan tolong kau buat alasan yang masuk akal atas
kepergianku pada Sehun. Aku mencintai kalian, saranghae Yeolli, Sehuni. Gomawo
^_^’ Betapa terkejutnya Chanyeol saat
membaca surat itu, ia mendelik dan dengan segera turun dari ranjangnya membuka
lemari pakaian yang ternyata hanya ada pakaiannya saja, lalu melesat keluar,
dan sedikit terkejut saat melihat Luhan berada di depannya.
“Eih? Chanyeol?”
“Noona? Apa kau juga mendapatkan__?”
“Ne, aku baru membacanya tadi saat terbangun. Dia
benar-benar sudah kelewatan, apa yang ada difikirannya. Kau tahu padahal aku
sudah menolaknya.”
“Jadi Baekki sudah menceritakannya pada noona?”
“Ne. Ck! Dia selalu begitu, bertindak sesuai
keinginannya.” Gerutu Luhan sambil meremas surat yang ada di tangannya.
“Mama, Appa? Eomma mana?” tanya Sehun yang keluar dari
kamarnya sambil menggosok-gosok matanya.
“Sehuni? Hhm.. mianhe, eomma buru-buru pulang tadi pagi.”
Bohong Chanyeol
“Eih? Wae? Kenapa tak bilang pada Sehun?”
“Hhmm.. eomma tak ingin membangunkanmu sayang.” Ucap
Luhan kini.
“Ck! Eomma~ kalau begitu ayo kita pulang sekarang appa!”
ucap Sehun.
“Ani.”
“Appa?/Chanyeol?” ucap Sehun dan Luhan bersamaan.
“Kita tak akan pulang, ini liburanmu Sehun. Appa tak
ingin merusaknya.”
“Tapi, bagaimana dengan__”
“Sehuni, turuti saja kata appa ne?” ucap Chanyeol
“Ne appa.”
“Anak pintar, ayo kita bersiap-siap setelah sarapan kita
akan jalan-jalan.”
“Ne appa.” Sahut Sehun sambil berjalan ke kamarnya.
...
...
Kini
Chanyeol, Sehun dan Luhan nampak sedang berjalan-jalan di sebuah taman hiburan.
“Kau mau naik yang mana Sehuni?” tanya Luhan.
“Yang itu mama.” Ucap Sehun sambil menarik tangan Luhan.
“Baiklah, biar mama beli tiketnya dulu ne.”
“Biar aku saja noona.” Ucap Chanyeol
“Ne, gomawo.”
“Huwaa.. senang sekali rasanya. Appa Sehuni mau es krim.”
Ucap Sehun.
“Ne, tunggu sebentar.”
“Kenapa rasanya sakit? Aku bodoh, seharusnya aku senang.
Bukankah ini yang aku mau kan? sehuni sekarang saatnya kau menerima kebahagiaanmu
sayang. Mianhe selama ini eomma selalu membuatmu bersedih. Disitulah tempatmu
seharusnya bersama kedua orang tua kandungmu. Tapi selamanya eomma akan selalu
mencintaimu. Saranghae Sehuni.” Ucap seorang namja yang kini sedang menyaksikan
tiga orang yang sedang tertawa bersama
itu dari kejauhan. Dan setelah beberapa menit berdiri disana ia berjalan
menjauh sambil menarik kopernya.
Degh.
Sehun
menghentikan langkahnya, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman
hiburan.
“Waeyo Sehuni?” tanya Luhan cemas.
“Eomma? Eomma?” ucap Sehun sambil menyapu seluruh taman.
“Eomma? Eomma tak disini sayang! Dia sudah pulang tadi
pagi, mungkin kini ia sedang duduk di dalam pesawatnya.” Ucap Chanyeol sambil
mengelus kepala anaknya.
“Ne appa.” Sahut Sehun sambil kembali melangkah.
“Kenapa aku merasa eomma seperti disini? Eomma? Na do
saranghae.” Batin Sehun.
******
Baekhyun’s POV
Huuh..
tubuhku rasanya lelah, perjalanan yang sangat melelahkan. Aku menghentikan
taksi yang melintas di depan bandara, setelah memberitahukan alamatku, taksi
pun melaju. Selama perjalanan tadi aku selalu mengingat kejadian tadi, mereka
nampak bahagia, seharusnya aku tak bersedih seperti ini, seharusnya aku
bahagia, bukankah itu yang kau mau Baekhyun? Kau ingin kedua orang yang kau
cintai bahagia kan? dan inilah saatnya. Benar! Ini saatnya, apalah arti
kesedihanku ini bila dibanding kebahagian mereka. Sudah hampir seratus kali
selama perjalanan aku bergumam sendiri, aku terus bergulat dengan pikiranku.
“Sudah sampai tuan.” Ucap supir taksi itu, aku segera
membayar dan turun. Aku berjalan menuju pintu gerbang.
“eih? Bukankah itu Baekhyun sshi? kenapa dia pulang
sendiri? Bukankah dia sedang liburan?” aku mendengar ucapan para tetanggaku.
Aku seolah tuli, dan kembali mengeluarkan kunci dari dalam tasku.
“Sepertinya mereka bertengkar.”
“Bertengkar? Tapi mungkin saja, biasanya mereka selalu
bertiga.”
“Begitulah kalau sesama namja menikah, keduanya memiliki
ego yang tinggi.”
Sakit!
Aku berharap aku benar-benar tuli sekarang, sehingga tak
mendengar perkataan mereka tadi. Apa yang salah dengan pernihakanku? Kami tak
sedang bertengkar, walaupun kami berdua namja kami saling pengertian, kami tak
pernah mementingkan ego kami, kenapa mereka menge-judge sesuatu sebelum mereka
tahu kebenarannya?
“Sudah aku katakan, pernikahan terlarang pasti tak akan
berakhir bahagia. Mungkin saja Chanyeol sshi telah mencari istri baru, maksudku
yeoja baru sebagai ibu Sehun.”
“Mungkin saja, mungkin Sehun telah mengetahui kalau
eommanya itu seorang namja.”
“Ck! Kasihan anak yang malang.”
CUKUP!
Aku tak kuat lagi, aku menarik kembali tanganku yang
sudah memegang pintu. Aku memutuskan untuk pergi darisana, kemana? Entahlah
mungkin aku fikirkan setelah aku tenang. Aku melihat mereka menyembunyikan
tubuh mereka saat melihat aku melewati mereka, percuma saja! Percuma! Walaupun
kalian bersembunyi ucapan kalian sudah terekam di ingatanku. Kenapa kalian tak
membiarkan kami hidup bahagia? Biarlah lagi pula kalian sudah mendapatkan yang
kalian mau.
“eih? Kenapa dia pergi? Apa dia mendengar ucapan kita?”
“Sepertinya begitu, ayo kita masuk!”
“Ayo! Ayo! Aku tak ingin ikut campur.”
Tak ingin ikut campur? Heuh.. selama ini kalian sudah
terlalu banyak ikut campur dalam kehidupan pribadi kami, berhentilah
membicarakan orang lain! Apa kalian pikir hidup kalian sudah baik? Ingin sekali
aku memaki mereka dengan kata-kata itu, tapi jika aku melakukannya itu sama
saja aku seperti mereka.
Aku terus
menarik koperku menjauh dari rumah kami, kami? Entahlah mungkin setelah ini
bukan.
Baekhyun’s POV end
Author’s POV
2 hari kemudian...
“Huwaaa..
appa palli! Aku sudah tak sabar bertemu eomma, aku sangat merindukannya.” Ucap
Sehun sambil menarik-narik Chanyeol keluar dari bandara.
“Ne.ne.. sabar sayang! Apa kau tak lihat ? barang bawaan
apa banyak sekali, lagipula kenapa kau membawa banyak bunga mawar? Disini kan
ada sehun.”
“Sudah Sehun bilang, itu untuk eomma, eomma kan paling
suka mawar putih. Kalau beli disini itu tak spesial, untung mama membiarkan aku
memetik sendiri mawar itu.”
“Ne.. tapi malah kau kan yang luka-luka, lihat wajah dan
tanganmu.”
“Gwenchana appa. Ini sama sekali tak sakit, bila
dibandingkan dengan melihat senyuman eomma nanti. Sakitnya akan terobati.” Ucap
Sehun.
“Ne.ne..”
....
....
Sehun dan
Chanyeol segera turun dari taksi, lalu menurunkan barang-barang mereka dari
bagasi.
“Ayo masuk appa!” ucap Sehun lalu berlari ke pintu gerbang.
“Ayo masuk appa!” ucap Sehun lalu berlari ke pintu gerbang.
“Eih? Kenapa dikunci appa? Eomma kemana?” ucap Sehun,
Chanyeol segera menghampiri Sehun, dan benar pintu mereka masih tergembok.
Chanyeol segera mengeluarkan ponselnya, sedangkan Sehun hanya menatap cemas.
“Bagaimana appa?” tanya Sehun.
“Nomernya tak aktif.”
“Mwo? kemana eomma? Hiks..hikss..”
“Ulljima! Ulljima! Eomma pasti akan segera pulang, kita
masuk dulu ne.”
“Ani, nan shireo. Sehun mau menunggu eomma disini.”
“Sehuni..”
“Aku tak peduli jika appa marah atau apa, aku hanya mau
menunggu eomma pulang.”
“Permisi nyonya Lee?” ucap Chanyeol saat melihat seorang
ajumha lewat dan merupakan tetangganya.
“Ne?”
“Apakah dua hari yang lalu anda melihat Baekhyun pulang?”
“eoh? Ne.. tapi dia tak masuk, dan langsung pergi
berjalan ke arah sana.” Ucap ajumha itu.
“Jinja? Oh ne,.. gomawo.” Ucap Chanyeol.
“Kenapa appa? Apa eomma kabur?”
“Ani.. tenang sayang! Pasti eomma akan ketemu.”
Biip..
Biip
Chanyeol mengangkat ponselnya.
“Yeobbuseyo? Kyungsoo-ah? Mwo? ne..ne.. aku segera
kesana.” Ucap Chanyeol.
“Sehuni, kau diam di rumah saja ne? Appa akan segera
kembali.”
“Ani, aku ikut appa!” ucap Sehun yang langsung memegang
tangan Chanyeol, Chanyeol menatap
anaknya lalu menghela nafas. Tak lama kemudian Chanyeol mengeluarkan mobil
mereka, setelah meletakan semua barang-barang mereka di dalam rumah.
...
...
Chanyeol
segera berlari ke sebuah apartement, lalu memencet bel.
“Appa, ini tempat tinggal siapa?”
“teman appa.”
“Yeobbuse_” seorang namja berkulit tan membuka pintu dan
terkejut atas kedatangan Sehun dan Chanyeol.
“Hyung?”
“Baekki mana? Baekki?” ucap Chanyeol segera masuk ke
dalam tanpa dipersilahkan.
“Kyungsoo-ah, mana Baekhyun?”
“Mianhe hyung, dia baru saja pergi! Dia tahu kalau aku
menghubungimu.” Ucap Kyungsoo yang kini tengah menangis di atas sofa.
“eomma~ hikss.hikss..” Sehun mulai ketakutan, melihat
keadaan orang-orang dewasa yang kini sedang panik.
“Sehuni, kau diam disini bersama Kyungsoo ajusshi dan
Jongin ajusshi.”
“Andwe, aku mau ikut appa.”
“Sehuni!”
“Aku mohon appa, jebal!”
“huuh.. Baiklah! Kyungsoo, jongin-ah, aku pergi dulu
terima kasih atas informasinya dan telah menjaga Baekkiku.”
“Ne hyung, cepatlah pergi dan temukan hyungku!” ucap
Jongin yang kini sedang memeluk Kyungsoo yang menangis sesegukan di dalam
pelukannya.
“Ne.”
Sehun berjalan mengikuti Chanyeol, namun ia sempat
menoleh kebelakang ke arah kedua orang yang sedang berpelukan kini, dan
mengerutkan alisnya.
Kini
mereka berdua berada di dalam mobil yang sedang melaju.
“Appa, boleh aku bertanya?”
“mwoya?”
“Apakah orang-orang tadi adalah kenalan appa?”
“Ne, mereka kenalan appa dan eomma saat SMA dulu.”
“Apa mereka itu adalah pasangan?”
“Maksudmu?”
“Apa mereka itu sepasang kekasih?”
“Ne dulu, tapi setahun yang lalu mereka telah resmi
menikah.”
“Appa, apakah aku salah mengira, atau memang
penglihatanku yang salah, bukankah kedua orang tadi namja?”
DEGH..
Chanyeol menginjak remnya, lalu menatap kosong ke depan.
“N-ne.”
“Tapi kenapa mereka bisa menikah? Bukankah itu terlarang?
Maksudku.. guruku pernah bilang jika kekasih itu terdiri dari seorang namja dan
yeoja.”
Jangan salahkan Sehun yang bertanya seperti itu, selama
ini ia tak mengetahui kalau eommanya namja karena sejak kecil pikirannya sudah
membentuk eommanya itu sebagai seorang yeoja, jika selama di Seoul dia jarang
bergaul jadi hanya menghabiskan waktu bersama eommanya namun selama di China ia
sering bersama mamanya, yang tentu saja jika diamati lebih lagi ada banyak
perbedaan dengan eommanya.
“Ne.. itu benar.”
“ Appa? Boleh aku bertanya lagi?” tanya Sehun
takut-takut.
“M-mwoya?”
“Apa..apa eomma ku itu seorang namja?” tanya Sehun tanpa
memandang Chanyeol.
“...” Chanyeol terdiam.
“hhmm.. lupakanlah appa! Yang terpenting kita menemukan
eomma sekarang.” Ucap Sehun lagi sambil menyandarkan dirinya di jok, dan
menatap keluar jendela. Chanyeol terdiam, namun sedetik kemudian ia tahu harus
kemana mencari Baekhyun-istrinya-.
******
Baekhyun’s POV
Aku
terduduk disebuah halaman, ini tempat yang biasa aku datangi bersama Yeolli
sebelum aku memutuskan untuk memiliki Sehun.
“ Baekhyun sshi?” ucap seorang suster yang kini berdiri
disampingku.
“suster?”
“Bagaimana kabar anda? Apa anda memiliki masalah?”
“Hehehe.. anda selalu mengerti aku suster. Oh iya
bagaimana perkembangan panti asuhan ini?”
“Baik sangat baik, ini semua berkat anda dan suami anda.”
Ucapnya lagi sambil tersenyum dan aku menatapnya.
“Suster, seandainya semua orang di dunia ini seperti
anda, menerima perbedaan tak mencemooh perbedaan itu.”
“Hehehehe.. perbedaan memang harus ada untuk membuat
persamaan. Terkadang hal yang berbeda lebih menarik daripada hal yang sama.
Seperti misalnya disini, disini banyak sekali anak-anak dengan latar belakang
yang berbeda, bahkan ada yang memiliki kekurangan fisik, namun bila mereka
menjalani hari mereka dengan gembira maka perbedaan itu bukanlah sesuatu yang
penting.”
“Anda benar suster.”
“Oh iya bagaimana keadaan si kecil Sehun?”
“Hhm.. dia sehat dan dia tumbuh menjadi anak yang pandai.
Ini semua berkat anda suster, karena ide yang anda berikan untuk melakukan
program sewa rahim, aku bisa memiliki Sehun.”
“Hehehehe.. sama-sama Baekhyun sshi, aku sangat senang
bila ada orang yang benar-benar berniat memiliki anak. Bukan seperti
orang-orang yang membuang anak mereka sehingga berakhir disini, tak
berperasaan, bahkan binatang pun tak tega membuang anak mereka.”
“Hehehehe.. kau benar suster. Dan sepertinya aku akan
menjadi seperti itu.”
“Maksud anda?”
“Maksud anda?”
“hehehehe.. aku bukan membuangnya hanya saja.. hanya saja
aku menjauh dari kehidupannya. Aku berniat membuatnya bahagia dengan mempersatukannya
dengan ibu yang melahirkannya.”
“Maksud anda? Anda akan memberikannya pada Luhan sshi?”
“Ne.. itu sepertinya jalan yang paling tepat, aku tak
ingin Sehun ku mendapat cacian lagi.”
“huuh.. anda tahu Baekhyunn sshi? menjadi seorang ibu dan
melahirkan seorang anak adalah sesuatu yang mulia, namun bila setelah itu ia
membuangnya bukankah itu hal yang
terkutuk, berbeda dengan orang yang membesarkan anak itu dengan sabar dan penuh
kasih sayang, walaupun itu bukan darah dagingnya sendiri, bukankah itu lebih
terpuji? Aku memang bukan Tuhan, tapi aku dapat melihat dari sorot mata
anak-anak terlantar itu, betapa kasih sayang lebih penting dari apapun yang ada
di dunia ini.”
“Tapi.. tapi keputusanku sudah bulat, aku akan pergi dari
kehidupan mereka, aku akan meninggalkan mereka, dan aku akan__”
“Baekki/eomma~” seru dua orang bersamaan yang membuat
Baekhyun segera menoleh.
“Yeolli,Sehun?” ucap Baekhyun dengan tatapan horor, tak ingin
mengganggu suster itu pun segera pergi secara diam-diam.
“Baekki! Kau sungguh keterlaluan.”
“Mianhe..hikss.. mianhe.. tapi aku harus pergi.” Ucap
Baekhyun segera membalik badannya.
“Eomma~ jangan pergi! Eomma~” panggil Sehun membuat
Baekhyun menghentikan langkahnya.
“eomma, aku sangat mencintai eomma, aku mohon jangan
pergi, aku tak bisa hidup tanpa eomma.”
“Eomma tahu, eomma tahu Sehuni. Tapi apakah kau akan
tetap mencintai eommamu ini jika tahu kebenarannya?” ucap Baekhyun sambil
menatap Sehun.
“Eomma~”
“Sehun, kau harus tahu. Eomma mu ini tak pantas disebut
eomma, aku tak pantas disebut eomma, karena..karena aku ini seorang namja.”
ucap Baekhyun lalu kembali membalik tubuhnya dan hendak pergi.
“Aku tahu! Aku sudah tahu eomma. Aku sudah tahu kalau eomma
itu namja.”
“Mwo?” ucap Baekhyun, begitu juga Chanyeol yang juga
terkejut.
“Sehuni?” ucap Bakehyun parau sambil menatap anaknya
heran.
“Mama..mama sudah menceritakan semuanya. Awalnya aku tak
percaya, bagaimana dua orang namja bisa menikah? namun aku sangat yakin saat tadi melihat teman-teman appa.
Lalu apa yang salah eomma? Apa yang salah jika eomma itu namja? aku mencintai
eomma. Sangat mencintai eomma.”
“Sehuni, kau tak mengerti__”
“Aku memang masih kecil eomma, aku masih kecil untuk
mengetahui ini. Banyak hal yang belum aku mengerti, namun hanya satu hal yang
aku tahu, kalau eomma sangat mencintaiku, dan aku juga eomma. Hikkss.. hikss..
mianhe eomma, karenaku eomma menjadi seperti ini.. hikss.. hiksss... saranghae
eomma.”
Greep..
Baekhyun segera berlari dan memeluk Sehun, ia memeluk
tubuh anaknya erat.
“Sehuni.. na.. nado saranghae.. mianhe.. selama ini eomma
selalu mementingkan perasaan eomma.”
“Ne.. eomma. Apa eomma mau pulang lagi bersama kami? Aku
berjanji tak akan menangis jika teman-teman mengejekku, aku tak akan pura-pura
sakit di sekolah dan minta pulang. Aku berjanji eomma, setidaknya kini aku bisa
tersenyum pada mereka yang mengejekku karena apa yang mereka katakan adalah
suatu kebenaran jadi aku tak perlu mati-matian membela diri ia kan eomma?”
“Sehuni..hikss.. hikkss..” Baekhyun menangis di pundak
Sehun sejadi-jadinya, lalu Chanyeol segera menghampiri dan ikut memeluk mereka
berdua.
“Yeolli, mianhe.”
“Ne chagy.” Ucap Chanyeol lalu mencium bibir Baekhyun
sekilas.
“hhmm.. eomma appa, sebaiknya kalian lanjutkan dirumah
saja, ingat aku ini masih kecil.”
“Heheehe.” Baekhyun dan Chanyeol tertawa geli, namun
sedetik kemudian senyuman Baekhyun hilang.
“Eih? Kenapa dengan wajahmu Sehuni? Kenapa banyak
plesternya? Ini juga tanganmu kenapa? Apa kau jatuh?”
“Ani..hehehehehe.. nanti eomma tahu sendiri.”
...
...
Chanyeol menutup mata Baekhyun setelah Sehun dan Chanyeol
menyusun rencana beberapa saat.
“Aigoo! Kenapa pakai ditutup segala?” ucap Baekhyun.
“Yaak! nanti eomma tahu sendiri, jangan mengintip eomma.”
“Hana.. dul.. set.” Bersamaan dengan hitungan ketiga
Chanyeol melepaskan tangannya.
“Huwaaa..” Baekhyun berseru kaget, begitu juga dengan
Sehun. Jika baekhyun wajar berteriak terkejut, namun Sehun kenapa ikut-ikutan?
Mau tahu?
Kini ruang
tamu mereka tengah penuh berisi mawar putih, padahal yang Sehun petik hanya
sekitar 300 tangkai, namun kini menjadi ribuan, mungkin.
“Huwaaa kenapa banyak sekali appa? Lalu punya Sehuni
mana? Sehuni kan sudah capek-capek memetiknya? Aah.. appa mengacaukannya.” Kesal
Sehun sambil mengobrak-abrik dan mencari mawar miliknya.
“Huwaa.. gomawo chagy.” Ucap Baekhyun sambil memeluk
Chanyeol dan menciumnya berulang kali.
“Yaak! appa curang ini kan ideku? Kenapa appa yang
mendapat ciuman dari eomma.” Kesal Sehun sambil duduk dilantai dan melipat
kedua tangannya di dada, dan jangan lupa mempoutkan bibirnya.
“Hahahaha... sehunii.. ini mawarmu.” Ucap Chanyeol sambil
mengelurkannya dari dalam kulkas.
“Huawaa. Cantik sekali. Apa ini yang jagoanku petik
sampai tubuhnya penuh luka hah?” tanya Baekhyun lalu meraihnya dari tangan
Chanyeol.
“Ne.. eomma.”
“Gomawo chagy. Sini biar eomma cium.” Ucap Baekhyun lalu
memeluk Sehun, tentunya setelah meletakkan mawarnya. Lalu Baekhyun mencium
bibir Sehun, hidung, kedua kelopak matanya, dan pipinya.
“Sudah cukup! Cukup! Kalian membuatku iri saja.” Ucap
Chanyeol lalu menjauhkan keduanya.
“Sehuni, eomma mu appa pinjam dulu ya?” ucap Chanyeol
lalu mengangkat tubuh Bakehyun ala brydal style .
“Kyaaa.” Baekhyun berteriak sambil menutup wajahnya.
“Mau dibawa kemana appa?”
“Apa kau tak ingin memiliki adik lagi?”
“Mwo?” Baekhyun dan Sehun sama-sama terkejut.
Dan tanpa aba-aba Chanyeol segera membawa Baekhyun masuk
ke dalam kamar mereka dan menguncinya, sedangkan Sehun berlari ke kamarnya.
“Yeolli, kau ini apa-apaan?” tanya Baekhyun saat mereka
berada dalam kamar mereka.
“Wae? Aku ingin membuatkan teman bermain untuk Sehun.”
“Yaak! kau ini mmpphhh..mmpphh..” Baekhyun tak dapat
melanjutkan kata-katanya lagi karena bibirnya sudah dibungkam oleh bibir
Chanyeol. Chanyeol melumatnya, Baekhyun bukan lagi remaja yang perlu diajari
cara berciuman, jadi dia segera membalas ciuman Chanyeol sehingga ciuman mereka
menjadi ciuman panas. Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun menuju ranjang tanpa
melepaskan tautan mereka, perlahan Chanyeol membuka kancing baju Baekhyun lalu
menyesap leher putih Baekhyun sehingga meninggalkan jejak disana, dan besok ia
harus membuat alasan untuk Sehun atas tanda itu.
“eughhh..” desah Baekhyun, lalu ia mendorong tubuh
Chanyeol.
“Chagy, bagaimana bila Sehun mendengar suara-suara kita?”
“Tenang chagy aku jamin tak akan.” Ucap Chanyeol dan
kembali menyerang Baekhyun.
Sehun
duduk di dalam kamarnya dengan sebuah headphone yang menutup kedua telinganya,
sedangkan ia hanya bersenandung kecil sambil menulis sesuatu di sebuah kertas.
“Sehuni sarang eomma, eomma sarang sehuni,
appa sarang sehuni, sehuni sarang appa, yongwonhi.”
*******
Pagi
harinya Baekhyun keluar dari kamar dengan sedikit rasa perih ditubuhnya ia
berusaha berjalan dengan perlahan, lalu saat menuju ruang tamu..
“YEOLLI!!! SEHUNII!!! APA YANG HARUS KITA LAKUKAN DENGAN
MAWAR-MAWAR INI???” teriak Baekhyun.
“Euggh..” Sehun dan Chanyeol sama-sama mengerang, lalu
sama-sama menutup kepala mereka dengan bantal.
“Lima menit lagi eomma~”
“lima menit lagi chagy~”
Ucap keduanya bersamaan walaupun mereka berbeda kamar.
“Ck! Anak dan ayah sama saja. Aakh!” Baekhyun memegang pinggangnya
yang terasa perih akibat ulah Chanyeol kemarin, lalu berjalan menuju dapur
setelah melewati ranjau mawar.
“Hehehe.. saranghae nae chagy.” Bisik baekhyun pelan saat
ia tiba di dapur dan mengingat kejadian yang mereka lewati.
“Na do sarang..enyeemm..” ucap Sehun dan Chanyeol
bersamaan tepatnya mengigau bersama.
***The
end***
Keren lahh wkwk saya suka. Bikin ceritalagi ya kak author. Semangat
BalasHapusi like this ff,,
BalasHapusbaekyeol forever,,, daebak thor :D
lanjut bkin ff baekyeol yg romantis ya thor, yg happy ending >___<
waahh... daebakk ^_^ ChanBaek is real ♡ CBHS...
BalasHapusBest casino sites in South Africa - JT Hub
BalasHapusLooking 전주 출장마사지 for the best online 서산 출장샵 casinos in 문경 출장샵 South Africa? Find sites like Bollywood Casino, Bollywood 통영 출장안마 Casino, and Bovada and 창원 출장샵 more.